Selasa, 21 Agustus 2012

Sekeping koin kuno

Alkisah, seorang lelaki keluar dari rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit, sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.
“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin kuno itu ke sebuah bank, berharap koin kuno ini ada nilainya.
 
“Sebaiknya koin ini bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke pasar barang antik. Beruntung sekali ada seorang kolektor yang menghargai koin itu senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia berniat membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan toples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal.  Dia menawarkan uang 100 dollar untuk pengganti kayu tersebut kepada lelaki itu.
Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah.
Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.



Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati dan merampas uang itu lalu lari kabur.
Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.
 


Hikmah: Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, saat kehilangan apapun kenapa kita harus tenggelam dalam kesedihan yang berlebihan? Semua ini hanyalah 'titipan'!

 
 Note: Saya hanya sekedar menceritakan kembali, mudah-mudahan ada manfaatnya.

Jumat, 10 Agustus 2012

Kisah perangkap Tikus


Sepasang suami istri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam,
"Hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar?"
 Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah perangkap tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak,
"Ada perangkap tikus di rumah!....di rumah sekarang ada perangkap tikus!...."
Ia mendatangi ayam dan berteriak: "Ada perangkap tikus!"
 
Sang Ayam berkata,
"Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"




Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak.
Sang Kambing pun berkata,
"Aku turut bersimpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan."

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama.
" Maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"
 











Ia lalu lari ke hutan dan bertemu ular.
Sang ular berkata,
"Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"


Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan.

Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang, namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya (kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.
Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.

Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan, teman-temannya yang mengira perangkap itu tidak berbahaya bagi mereka ternyata kini telah merenggut nyawa mereka.
Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.







Hikmah: Suatu hari kelak, ketika anda mendengar seseorang sedang dalam kesulitan janganlah langsung mengira bahwa itu bukan urusan anda.....PIKIRKANLAH SEKALI LAGI!

Note: Saya hanya sekedar menceritakan kembali,midah-mudahan ada manfaatnya.

Senin, 23 Juli 2012

Sang Keledai


Suatu hari keledai seorang petani jatuh ke dalam sumur, keledaipun menangis pilu berjam-jam di dasar sumur.
Sementara petani mencoba memikirkan apa yang harus dia lakukan, akhirnya ia memutuskan bahwa karena binatang itu sudah tua sehingga dia tidak lagi membutuhkannya, juga sumurnya pun perlu ditutup karena sudah tidak berair, sehingga petani tidak merasa perlu untuk mengangkat keledai itu keluar.

Petani lalu mengambil sekop dan mulai menimbun sumur dengan tanah. 
Mula-mula ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia makin menangis sejadi-jadinya. Beberapa lama kemudian petani itu tidak lagi mendengar keledai itu menangis, iapun menyangka keledai sudah mati terkubur.

Saat si petani melihat ke dalam sumur, ia terkejut akan apa yang dilihatnya. Ternyata si keledai melakukan sesuatu yang luar biasa, ia mengibaskan badannya setiap kali tanah menimpa punggungnya dan sehingga ia dapat mengangkat badannya ke atas sedikit demi sedikit, dan sampailah ia dipermukaan sumur itu.


HIKMAH :
Kehidupan akan selalu dipenuhi oleh berbagai macam persoalan, seperti cerita keledai diatas, ia medapatkan cara untuk keluar dari sumur dengan mengibaskan tanah itu dan mengangkat badannya ke atas. 
Jadikan setiap kesulitan yang kita hadapi adalah batu pijakan untuk mengangkat kita ke tempat yang lebih tinggi. 


Note: saya hanya sekedar menceritakan kembali, mudah-mudahan ada manfaatnya.

Jumat, 29 Juni 2012

Wisdom of the day


Adanya resiko itu penting, karena tanpa resiko tak akan pernah ada orang menjadi besar. (Alex Noble)

S
etiap individu menganggap dirinya penting, tidak ada yang lebih penting daripada eksistensi kita. (Alexis Carrel)

P
erhatikan apa yang dikatakan orang, jangan kau pandang siapa yang mengatakan. (Sayyidina Ali)

M
anusia berharap terlalu banyak tetapi berbuat terlalu sedikit. (Allen Tate)

Orang yang tidak puas terhadap orang lain selalu tidak puas terhadap dirinya sendiri. (Alain)
 
Orang yang berani menghakimi dirinya sendiri adalah orang yang kian hari kian sempurna jadinya. (Albert Schweitzer)
 
Orang yang paling konsisten hanyalah orang mati. (Aldous Huxley)
 
Seseorang yang belum belajar untuk berkata " tidak " akan lemah atau timpang selama ia hidup. (Alexander Mac Laren)
 
Merasa takut bukan masalah besar, yang jadi masalah ialah bila anda tidak berusaha mengatasinya. (Angelica)
 
Camkanlah bahwa nama seseorang laksana bunyi yang paling indah dan paling penting dalam kamus lawan bicara anda. (Andrew Carnegie)
 
Jangan sekali-kali mengatakan bahwa anda lebih pandai daripada orang lain walaupun sebenarnya demikian. (Arlene Dahl)


Note: saya hanya sekedar menceritakan kembali, mudah-mudahan ada manfaatnya

Sabtu, 23 Juni 2012

Kisah 5 ekor Monyet

Dalam suatu penelitian: 2 ekor monyet, A dan B, dimasukkan ke dalam satu ruangan.
Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah tiang, dan diatas tiang tersebut nampak beberapa pisang yang sudah matang

Apa yang akan dilakukan oleh kedua monyet tersebut…..?
Ya..., mereka mulai mencoba memanjat untuk meraih pisang-pisang tersebut.

Monyet A yang mula-mula mencoba mendaki tiang, tapi saat monyet A berada di tengah tiang, sang peneliti menyemprotkan air kepadanya, sehingga si monyet kaget terpeleset dan jatuh.
Monyet A mencoba lagi lalu dia disemprot lagi dan jatuh lagi, akhirnya monyet A menyerah.

Giliran monyet B yang mencoba, dia mengalami kejadian serupa, dan akhirnya kedua monyet itupun menyerah.

Berikutnya peneliti memasukkan monyet C.
Yang menarik adalah kali ini peneliti tidak akan lagi menyemprot para monyet jika mereka naik.

Monyet C pun tertarik oleh pisang yang tergantung di tiang, namun begitu si monyet C mulai menyentuh tiang mau naik, dia langsung ditarik oleh monyet A dan B. Mereka berusaha mencegah, agar monyet C tidak mengalami `kesialan’ seperti mereka.

Karena dicegah terus dan diberi tahu ada bahaya bila memanjat keatas, monyet C akhirnya takut juga dan tidak pernah memanjat lagi.

Langkah selanjutnya, peneliti mengeluarkan monyet A dan B, diganti oleh monyet D dan E. 

Sama seperti monyet-monyet sebelumnya, monyet D dan E juga tertarik dengan pisang diatas tiang dan mencoba memanjatnya.
Namun monyet C secara spontan langsung mencegah keduanya agar tidak naik. “Hai, mengapa kami tidak boleh naik ?”, protes keduanya.

Kata monyet C:” Menurut cerita, naik ke atas itu berbahaya. Sayapun tidak pernah mengalaminya, saya tidak tahu ada apa di atas, tapi lebih baik cari aman saja deh, jangan naik !” tegas si monyet C.

Monyet D pun percaya dan tidak berani naik.

Tapi tidak demikian dengan monyet E: “Saya ingin tahu bahaya seperti apa sih yang ada di atas sana…? Dan kalaupun ada bahaya, saya akan coba menghindarinya ?” tegas monyet E, karena dia tidak melihat ada sesuatu yang aneh diatas sana.

Walaupun sudah dicegah oleh monyet C dan D, monyet E nekad naik …dan karena memang sudah tidak disemprot lagi, monyet E bisa meraih pisang yang diinginkannya!


Hikmah cerita: kita bisa saja mencari masukan akan bahaya dan resiko yang akan kita hadapi dalam memulai suatu pekerjaan, tapi jangan terlalu larut dalam ketakutan, hadapilah resiko dan raihlah keinginanmu!

Note: saya hanya sekedar menceritakan kembali, mudah-mudahan ada manfaatnya.

Senin, 18 Juni 2012

Elang dan Ayam

Slide 2
Sepasang elang membangun sarang di atas pohon, dan tak lama kemudian si elang betina bertelur. Tanpa sengaja sebutir telur jatuh dari sarangnya, telur itu jatuh diatas tumpukan jerami yang halus. 
Seorang petani menemukan telur itu lalu menempatkannya bersama telur-telur ayam yang sedang dierami induknya.
Beberapa minggu kemudian telur-telur itupun menetas, termasuk telur elang tadi. Si anak elangpun lalu tumbuh dan besar bersama anak-anak ayam, dan berperilaku persis seperti anak-anak ayam lain.
 Dia mengais tanah mencari cacing, memakan serangga, berkotek dan berkokok. Kadang dia juga mengepakkan sayap berusaha untuk terbang, tapi hanya beberapa meter saja lalu turun lagi karena begitulah halnya dengan anak-anak ayam lainnya.  

Suatu hari si anak elang melihat seekor elang dewasa sedang terbang tinggi diatas gunung, dia sangat takjub melihatnya seraya berkata:"Wow..., hebat benar dia. Andaikan aku bisa terbang tinggi seperti dia...".
 
 
Anak-anak ayam lainpun mengejeknya:"Jangan mimpi kamu, dia itu memang raja segala burung, dia adalah raja angkasa, sedangkan kita ini hanya seekor ayam, mana mungkin kita bisa terbang tinggi ".
 
Anak elang itupun akhirnya menerima nasibnya sebagai seekor ayam, dia menjalani hidupnya dan mati sebagai seekor ayam, karena begitulah anggapannya tentang dirinya.
 
Cerita ini menunjukkan bahwa siapapun kita tergantung dari lingkungan tempat kita dibesarkan! Persepsi kita terhadap diri kitalah yang menentukan kualitas kita.
 
Anda mau jadi ELANG atau AYAM, terserah anda memilih lingkungan anda .....!   
 
 

Note: saya hanya sekedar menceritakan kembali, mudah-mudahan ada manfaatnya.

Jumat, 25 Mei 2012

Seperti biji kopi

Pernahkah anda perhatikan 3 benda ini?, yaitu: telur, wortel dan biji kopi. Ada apa dengan ketiga benda ini?

OK kita perhatikan satu per satu:
- Telur, walaupun kulitnya keras tapi bila kita kupas maka terihat dalamnya adalah lunak bahkan cair
- Wortel, lumayan keras apalagi bagian tengahnya, perlu usaha yang kuat untuk menggigitnya  
- Biji kopi, keras dan hitam, luar dalam sama yaitu keras dan hitam



Lalu ketiga benda tersebut kita masukan ke dalam air yang mendidih.



Lalu, apa yang kemudian terjadi...?


- Telur, kulitnya tetap keras tidak ada perubahan sama sekali tetap keras seperti semula, tapi kalau kita kupas, dalamnya yang semula cair sekarang jadi keras.

- Wortel, dari warna terlihat tidak ada perubahan, tapi setelah kita sentuh ternyata dia berubah jadi lunak, bagian dalamnyapun yang semula keras, sekarang menjadi sangat lunak.

- Biji kopi, sama sekali tidak perubahan, dia tetap hitam dan keras seperti semula, tapi perhatikan..... yang berubah justru airnya, air mendidih yang semula bening sekarang berubah menjadi hitam dan harum aroma kopi.
 
Apa makna dari cerita ini?
Telur, wortel dan biji kopi mewakili karakter-karakter kita sebagai manusia, sedangkan air mendidih mewakili kerasnya hidup yang kita jalani saat ini.
Karater kita yang semua lembut bahkan cair (fleksibel) menjadi keras setelah mengalami kerasnya dan panasnya hidup ini, seperti telur.
Karakter kita yang semula keras bahkan lebih keras lagi dalamnya, menjadi lunak setelah mengalami kerasnya hidup ini, seperti wortel.
Karakter kita yang semula keras dan kuat, tidak berubah setelah mengalami kerasnya hidup, justru lingkungan kita yang berubah sesuai dengan 'warna' dan 'aroma' kita, seperti  biji kopi.


Jadilah seperti biji kopi yang tidak berubah oleh keras dan panasnya hidup, kita yang harus merubah lingkungan kita!!



Note: saya hanya sekedar menceritakan kembali, mudah-mudahan ada manfaatnya.


Kamis, 10 Mei 2012

Sang Elang

Elang adalah pemangsa ulung yang mampu melihat mangsanya dari ketinggian 1000 meter.
Elang adalah penjelajah dengan kemampuan terbang paling tinggi, dia sanggup terbang sampai ketinggian 10.000 kaki (~ 3000 meter).
Subhanallah......

Note: Saya hanya sekedar menceritakan kembali, mudah-mudahan ada manfaatnya.

Jumat, 16 Maret 2012

The Winner and The Loser

Slide 2
              The Winner                                    The Loser
-
-Selalu jadi bagian dari jawaban                            Selalu jadi bagian dari masalah
-Selalu mempunyai program / rencana                  Selalu punya alasan / dalih
-Berkata ; Biar saya kerjakan untuk anda           Berkata ; Itu bukan tugas saya
-Mencari jawaban disetiap masalah                      Mencari masalah disetiap jawaban
-Bilang ; Ini memang sulit tapi ‘mungkin.’            Bilang ; Ini memang mungkin tapi ‘sulit.’
-Ketika salah, berkata ; Ini salah saya                 Ketika salah, berkata ; Ini bukan salahku
-Selalu membuat ‘komitmen’                                 Selalu membuat ‘janji’
-Mempunyai “Cita-cita /  Mimpi”                         Mempunyai “Khayalan”
Berkata ; Saya harus lakukan ‘sesuatu’             Berkata ; ‘Sesuatu’ harus terjadi 

Note: saya hanya sekedar menceritakan kembali, mudah-mudahan ada manfaatnya.

Sabtu, 10 Maret 2012

TIPS BERBICARA

Slide 1
1. Sikap antusias, percayalah antusias itu menular, jadi bila anda mengharapkan pendengar anda antusias maka mulailah dari diri anda sendiri. 
2. Intonasikan nada bicara, beri tekanan pada kata atau kalimat yang anda ingin pendengar terkesan atau terinspirasi
3. Bahas tentang dia, jadikan pendengar nada adalah partner untuk diskusi daripada membahas orang yang tidak ada
4. Royal memuji, pujian (bukan sanjungan) akan diingat terus oleh pendengar anda, dan anda akan lebih mudah untuk bekerja sama dengan mereka.
5. Hargai pendapatnya, betapapun anda tidak setuju dengan pendapat pendengar anda anda tetap harus menghargainya, karena itu adalah hak mereka.
6. Jangan mendebat, lebih baik akhiri saja pembicaraan daripada anda berdebat (debat berbeda dengan argumentasi/ diskusi)
7. Selalu tatap matanya, pendengar akan bertanya-tanya: apa yang sedang anda sembunyikan?, kalau anda tidak berani menatap mata mereka
8. Kecepatan diatas rata-rata, memperlihatkan anda percaya diri dan menguasai topik pembicaraan
9. Berpikir sebelum menjawab, jawaban yang terlalu cepat mengesankan bahwa pertanyaan mereka tidak/ kurang berbobot
10. Expresikan setiap kalimat, expresi memperkuat isi kalimat yang anda sedang ucapkan, biasakanlah lakukan dengan sungguh-sungguh
11. Sopan, tidak ada tawar menawar soal ini, tapi sesuaikan dengan "sikond"nya
12. Senyum, tersenyum akan melunakan hati pendengar anda sebelum anda utarakan maksud anda

Note: saya hanya sekedar menceritakan kembali, mudah-mudahan ada manfaatnya.